salam

Kamis, 28 April 2016

Sebuah Perjalan MemperjuangkanMu



Pengorbanan melahirkannya memang bukanlah hal yang mudah untuk ku lalui, banyak proses yang harus kuhadapi hingga akhirnya bisa melahirkannya. Menanti selama 9 bulan bukanlah hal yang sebentar untuk aku jalani.
Berawal dari tanggal 23 Maret 2016 adanya lendir keluar dan disetiap pipis keluar darah mungkin itu pertanda aku akan melahirkannya, pada tanggal 24 Maret 2016 pukul 02.00 terjadi pecah ketuban yang aku alami, hingga akhirnya jam setengah 6 pagi aku memutuskan untuk memeriksakan diri ke bidan, tetapi bidan menyuruhku untuk pulang terlebih dahulu karena tidak ada rasa mules yang aku rasakan, hingga akhirnya pukul 14.00 aku dirujuk ke puskesmas dan dari puskesmas dirujuk ke RSUD dikotaku, pihak RSUD mendiagnosa aku KPD (ketuban pecah dini) dan harus segera dilakukan tindakan CAESAR karena tidak kunjung ada pembukaan, tetapi aku menolak untuk Caesar dan memutuskan untuk kembali ke rumah. Sampai pada hari jumat 25 maret 2016 mules yang aku tunggu tidak kunjung datang, aku, suami, ibu dan saudara2ku berdoa terus menerus tiada henti, aku mencoba meruqyah diri sendiri, hingga pada akhirnya Sabtu 26 maret pukul 02.00 aku merasakan mules yang lumayan sakit, dari situ aku mencoba untuk beristirahat dan setelah shubuh aku merasakan mules yang lebih sakit lagi, pada jam 08.00 aku pergi ke bidan untuk mengecek keadaan kehamilanku, dan Alhamdulillah sudah pembukaan 3 tetapi ketuban sudah habis, jam 10.00 masih belum naik juga pembukaanku, bidan memberitahu jiga sampai jam 12.00 tidak ada pembukaan maka aku harus dirujuk kembali ke RS untuk melakukan induksi, jam 12.00 tiba pembukaan pun tak kunjung bertambah dan akhirnya aku pun kembali ke RS. Masuk IGD sekitar pukul 13.50, dan disitu aku mulai merasakan mules yang tiada terkira, hingga pada akhirnya aku dibawa keruang bersalin untuk dilakukan tindakan dan pada akhirnya aku melahirkan bayi perempuan pada pukul 15.55 dengan berat 2,4kg dan panjang 46cm tanpa bantuan induksi.



Aku mengira bahwa cobaanku selesai sampai situ ternyata tidak bayiku divonis dokter bahwa paru-parunya belum sempurna sehingga dia harus dirawat di RS untuk beberapa hari (diincubator dan diberi bantuan pernafasan menggunakan oxygen). Saya merasakan sedih yang teramat sangat karna belum bisa memeluknya. Suamiku yang melihat keadaan bayiku terlihat sangat khawatir, tetapi kita percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Keesokan harinya minggu 27 Maret 2016 aku diizinkan untuk pulang, dan sebelum pulang suamiku memaksaku untuk melihat bayi kita, tetapi aku menolak karena takut (tidak tega) melihat keadaan bayiku, tetapi akhirnya aku memutuskan untuk melihat bayiku dan mendoakan kesembuhan baginya. Ketika aku masuk ke ruang perinatology dan melihat bayiku benar saja bahawa aku tidak tega melihatnya memakai alat2 seperti itu, tak terasa air mataku tumpah, saat aku mulai berbicara dan mendoakannya dia melihat ke arahku disisi lain senang tetapi disisi lain sedih, aku meyakinkan anakku bahwa dia akan sembuh dan pulang. 2 hari diumurnya putriku baru bisa meminum ASIku tapi belum bisa aku susui secara langsung dan harus menggunakan dot, tak mengapa yang terpenting putriku meminum ASI. Setelah 3 hari dirawat aku memutuskan untuk membawanya pulang, tepatnya pada tanggal 29 maret 2016, rasanya senang tiada terkira melihat putriku pulang dan aku gendong, juga aku susui secara langsung.


Tapi kebahagiaan ini tidak berlangsung lama, hanya 25 hari kebahagiaan ini terasa, di hari ke 25 putriku harus berpulang tepatnya pada 19 April 2016 pukul 01.00, tanpa adanya tanda-tanda. Bak disambar petir ketika aku harus ditinggalkan oleh putriku yang baru 25 hari aku rawat, tetapi mungkin inilah yang terbaik untuk putriku, Allah lebih sayang kepadanya, sebuah tabungan untukku dan suamiku diakhirat nanti. Tidak ada yang patut disalahkan, semua sudah kehendak Allah, ada hikmah dibalik setiap kejadian termasuk dengan situasi ini. Hanya untuk sekedar mengingatkan, jika hamil rawatlah bayi yang ada dikandungan sebaik mungkin, dengan mengkonsumsi makanan bergizi, tidak beraktivitas yang terlalu berat, jangan stres harus serileks mungkin, beristirahat sebaik mungkin, karena mungkin itu bisa mengurangi resiko yang tidak dinginkan, penyesalan datangnya selalu terakhir. Ummi sayang Hafidzah :*







Tidak ada komentar:

Posting Komentar